Sebutan Graha Saidatul Fitria adalah sebuah penghargaan kepada Saidatul Fitria (alm). Ia adalah Fotografer Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Teknokra pada tahun 1999. Saat itu, tepatnya September 1999 tengah terjadi demonstrasi para mahasiswa menuntut pembubaran RUU PKB di depan kampus Universitas Bandar Lampung (UBL).
Atul, panggilan akrab dari Saidatul Fitria ditugaskan meliput aksi demonstrasi itu. Ia sempat mengabadikan beberapa gambar dari kamera SLR merk Nikon yang dibawanya. Aksi para mahasiswa saat itu sempat terjadi bentrok dengan aparat keamanan yang menghadang di tengah Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. Tepat di depan kampus UBL.
Suasana memuncak tidak terelakkan. Aksi demonstrasi berubah menjadi aksi lempar batu dan sejumlah benda keras ke arah aparat keamanan yang membentuk barisan. Entah siapa yang memulai aksi lempar itu, aparat pun menjadi emosi dan melepaskan tembakan.
Seorang mahasiswa Unila, Rizal, terkena peluru tajam di sekitar lehernya dari aparat keamanan yang ada ketika itu. Banyak selongsong peluru berserakan di tempat. Atul yang saat itu bertugas sebagai jurnalis foto (Fotografer,red) pun ikut menjadi korban dari aparat. Kepalanya terkena benda tumpul, sehingga ia jatuh dan tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya ia segera dibawa ke Rumah Sakit Advent. Jarak ke rumah sakit sekitar tiga kilometer dari tempat kejadian itu.
Hingga beberapa hari dirawat di rumah sakit, ia pun belum juga pulih. Masih terbaring di tempat tidur dalam keadaan koma. Awal Oktober 1999, ia kembali ke Sang Pencipta. Ia tidak bisa diselamatkan. Namanya hingga kini menjadi akrab bagi adik-adik penerusnya. Tersebutlah kesekretariatan Teknokra lebih dikenal dengan Graha Saidatul Fitria. Mudah-mudahan ia menjadi teladan bagi adik-adiknya untuk tetap berkarya di Teknokra.
Ini sebagian foto ruang-ruang Graha Saidatul Fitria. Kini, masih belum tampak berubah. Semoga mengobati kangen dengan Teknokra dan isinya. Selamat melihat-lihat!
Lemari di atas menyimpan koleksi buku-buku tentang Jurnalisme, politik, sosial, budaya, kumpulan cerpen, dan juga sejumlah skripsi alumni yang telah lulus/wisuda. Ada juga koleksi album foto para kru Teknokra, bundel Harian Lampung Post, Kompas dan juga Majalah Berita Mingguan Tempo. Semakin menumpuk saja. Sisanya yang lama tersimpan di gudang. Bersebelahan dengan Teknokra. Tepat di bawah tangga bekas BBS Unilanet.
Dulunya ruang ini digunakan sebagai dapur. Tempat piring, gelas, dan panci kotor dan sempat membusuk di ember. Itu juga karena jarang dicuci. Menunggu si anak-anak magang mencucinya. Hehe…Tapi, tetap saja ruang itu dipaksa jadi dapur juga meskipun beralih fungsi sebagai ruang komputer editing berita. Itu ada dispenser dan galon yang selalu terisi. Hasil patungan bersama beberapa kru Teknokra sekitar tahun 2005 lalu. Cukup awet hingga sekarang masih bisa buat kopi panas.
Ruang di atas disebut “Ruang Keramat”. Entahlah, apa sejarahnya disebut “Ruang Keramat”. Mungkin sangat keramatnya ruang itu, para magang Teknokra saja tidak boleh diperkenankan masuk. Banyak data-data penting di dalam komputer di “Ruang Keramat” itu. Ruang itu selalu berantakan. Ada sisa-sisa printer yang rusak, kursi-kursi yang sudah bengkok, ada strikaan baju pinjaman tetangga, kotak CPU-CPU yang ‘jebol’, kebel-kabel listrik yang berserakan di lantai (Huh…ngeri kalo kesandung dan kesetrum. Untungnya tidak pernah terjadi). Di dalam lemari besi itu pun tersimpan ‘sisa-sisa’ baut, keyborad dan mouse yang rusak, monitor ‘tua’ yang tidak terpakai lagi. Susahnya dibersihkan. Tampak M.Reza (Redaktur Foto Teknokra) di depan komputer.
Loker di atas juga punya nilai sejarah. Kalau tidak salah loker itu pembelian dari sisa hasil kegiatan pelatihan jurnalistik. Ada yang tahu tahun berapa loker itu dibeli? Dulu, pernah dikasih tahu ada loker milik almarhumah Saidatul Fitria. Sampai sekarang tidak tahu yang mana itu. Hampir setiap loker ditempel stiker oleh si pemilik lokernya. Ada yang ditempel logo Tim sepakbola MU, gambar Dian Sastro karya Sani Kurniawan (mantan Manajer On-line Teknokra tahun 2003) dan macam-macam lagi.
Jangan takut! itu bukan pocong (Hehehe…) Mereka kru Teknokra sedang salat di ruang mushola Teknokra. Sejak kepengurusan Pemum Yudi tahun 2006 lalu, sekat ruang mushola diperkecil. Terlihat makin sempit. Jika ada kegiatan, pasti ruang mushola itu menjadi tempat penyimpanan barang-barang. Ada tas para kru, kardus, pakaian kotor para kru Teknokra yang jarang mandi dan pulang ke kostan/rumah, CPU yang tak terpakai, dan macam-macam barang lainnya. Jika malam tiba, tempat ini pun jadi tempat tidur para kru. Tapi, sayangnya banyak nyamuk menghinggap di mushola itu. Tampak Dewi (Artistik Teknokra yang baru dilantik beberapa waktu lalu), sedang menunggu di mushola. Ada cerita, di mushola itu pernah dilewati seorang anak kecil. Entah siapa itu? Menurut pengakuan beberapa kru yang pernah lihat ada anak kecil. Hiihhh….menyeramkan ya.
Recent Comments